Search Engine Submission - AddMe Direktori Indonesia - Indonesian free listing directory, SEO friendly free link directory, a comprehensive directory of Indonesian website. MARI BELAJAR BERTANI: Desember 2010

Minggu, 26 Desember 2010

TIPS MEMILIH BUNGA POTONG

Untuk menentukan kesegaran setangkai bunga,dapat diketahui dengan memperhatikan beberapa ciri sebagai berikut:


  •     Apakah batang paling bawah sudah membusuk/lembek
  •     Apakah batang bunga sudah pendek karena dipotong dengan sengaja
  •     Kelopak bunga rontok ketika di goyangkan
  •     Kelopak bunga merunduk ke bawah
Pilihlah bunga yang batangnya masih panjang
Batang bawahnya masih keras,karena belum lama direndam di air
Pilihlah yang masih kuncup,bila ingin tahan lama digunakan
Tanyalah ke pedagang kapan bunga yang mereka jual,datang dari kebun/dipotongnya

Read More......

Selasa, 21 Desember 2010

Masa Depan dan Produk Bisnis Pertanian Indonesia

A. Pengertian Revitalisasi Pertanian
Revitalisasi pertanian mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain.
Revitalisasi bukan dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon sentralistik; bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana; tetapi revitalisasi adalah menggalang komitmen dan kerja sama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok tanam yang hanya sekedar menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian mempunyai multi-fungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk kehidupan penduduk desa dan kota; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
B. Arah Masa Depan Kondisi Petani Indonesia
Sampai saat ini petani masih menghadapi masalah dan kendala yang berkaitan dengan: (a) Akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) Perlindungan usahatani; (c) Keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; dan (d) Rendahnya tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender.
Dalam tahun 1993-2003 jumlah petani gurem (dengan luas garapan kurang dari 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta KK menjadi 13,7 juta KK (meningkat 2,6% per tahun). Sementara itu, luas lahan semakin berkurang dan perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian terbatas. Jumlah rumah tangga petani (RTP) menurut Sensus Pertanian (SP) 2003 mencapai 25,58 juta RTP, dan sekitar 40 persen RTP tergolong tidak mampu.
Kualitas SDM pertanian masih rendah. Menurut data BPS tahun 2002, tingkat pendidikan tenaga kerja pertanian yang tidak sekolah dan tidak tamat SD masih sekitar 35 persen, tamat SD 46 persen, dan tamat SLTP 13 persen. Dibandingkan dengan sektor non pertanian pada tahun yang sama, tingkat pendidikan tenaga kerja yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD 31 persen, tamat SLTP sekitar 20 persen, dan tamat SLTA 27 persen.
Status gizi penduduk Indonesia yang sebagian besar petani masih rendah, walaupun ada perbaikan dari waktu ke waktu. Kualitas konsumsi pada tahun 2002 baru mencapai skor 68,4 PPH (Pola Pangan Harapan). Namun demikian konsumsi energi sudah mencapai 90,3 persen dari AKG (Angka Kecukupan Gizi). Diskriminasi upah bagi wanita dan pria masih ditemui di sektor pertanian yang merugikan peran wanita dalam pembangunan pertanian.
Perlindungan usahatani juga rendah. Belum ada jaminan yang cukup memadai atas perlindungan usahatani mereka, keculai usahatani padi melalui pemberlakuan jamainan Harga Pembelian Pemerintah dan pengenaan tarif beras serta pemberian subsidi dan pengembangan teknologi.
Oleh karena itu, ke depan kondisi petani yang diharapkan adalah : (a) petani memilik akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) petani mendapat perlindungan usahatani; (c) petani memiliki keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; dan (d) petani mempunyai tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender yang cukup memadai sesuai dengan norma yang berlaku.
C. Arah Masa Depan Produk dan Bisnis Pertanian
Menyadari nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan produk olahan (hilir) jauh lebih tinggi dari produk primer, maka pendekatan pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada pengembangan produk (product development), dan tidak lagi difokuskan pada pengembangan komoditas. Pengembangan nilai tambah produk dilakukan melalui pengembangan industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara (intermediate product), produk semi akhir (semi finished product) dan yang utama produk akhir (final product) yang berdayasaing.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan untuk: (a) Mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya, (b) Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan (c) Mengembangkan industri pengolahan yang punya dayasaing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Agenda utama pengembangan agroindustri perdesaan adalah penumbuhan agroindustri untuk membuka lapangan kerja di perdesaan, dengan kegiatan utama: (a) Fasilitasi penerapan teknologi dan sarana pengolahan hasil pertanian di sentra-sentra produksi; (b) Pengembangan infrastruktur penunjang di perdesaan, seperti listrik, jalan, dan komunikasi; (c) Pengembangan akses terhadap permodalan; dan (d) Peningkatan mutu, efisiensi produksi dan pemasaran.
Dengan demikian masa depan produk dan bisnis pertanian adalah berupa produk berbasis agroindustri yang memiliki daya saing dan agroservice dengan kandungan teknologi tinggi.

Read More......

Mengenal Anthurium - Budi Daya Tanaman Hias beromzet milyaran

Pernahkan anda mendengar ramalan jayabaya, bahwa akan ada tanaman yang bisa membeli apa pun termasuk mobil dan rumah Anda. Bagi penggemar tanaman hias dan yang membudi dayakan tanaman hias atau sering disebut agromania, akan dengan mudah menebak nama tanaman hias ini. Saya kasih bocoran yaitu Anthurium.
Tentunya beberapa dari kalian pernah mendengar nama ini bukan, mungkin pernah membaca atau menonton di televisi. Atau mungkin tetangga Anda ada yang membudi dayakannya. Benar tanaman hias jenis ini sedang naik daun. Banyak usaha budi daya tanaman hias beralih ke budi daya Tanaman Anthurium. Dan tanaman ini memang sudah memberikan banyak hasil yang melimpah bagi pemiliknya. Yang dulunya tinggal di rumah beralaskan tanah berdinding bedek, sekarang sudah memiliki rumah mewah dari usaha budi daya Anthurium ini.
Di pasaran harganya sudah mencapai 1 Milyar, sebuah harga yang fantastis untuk sebuah tanaman hias. Namun di mata para penggemarnya harga tersebut adalah pantas, karena keunikan dari tanaman ini. Beberapa keunikan tanaman hias ini adalah memiliki daun yang tumbuh raksasa dan kebiasaannya bermutasi menyebabkan susah untuk mendapat bibit yang persis sama dengan induknya. Tentunya sifat ini sangat bagus untuk pasar yang suka akan hal-hal yang berbau spekulasi.
Asal tanaman hias ini adalah dari daratan Amerika. Di negeri asalnya tanaman ini memang tidak se-booming di Indonesia, jenisnya pun tidak banyak. Bandingkan dengan di Indonesia yang menamai jenis anthurium sesuai karakteristiknya. Contohnya jika mirip ular, maka akan di beri nama jenmani kobra, jenmani python. Sedangkan jika mirip centong / ciduk air akan di beri nama jenmani centong. Itulah kreatifitas orang Indonesia.
Jenmani merupakan salah satu penggolongan utama dari tanaman hias Anthurium. Ada 3 penggolongan utama yaitu Gelombang Cinta atau sering disebut Gelcin, Hookeri, dan terakhir Jenmani. Diantara semua ini, Jenmani masih menduduki posisi teratas untuk masalah harga. Tapi menurut saya masing-masing jenis memiliki keunikan tersendiri.
Saya pun ikut mengkoleksi tanaman Anthurium, seperti gelcin, hookeri dan terakhir saya baru mendapatkan 4 buah bibit jenmani berumur 2 bulan. Berikut saya sertakan fotonya.
Ke depannya saya sudah menyediakan sebuah blog yang membahas tentang hobi saya di Tanaman Hias. Silahkan kunjungi Tanaman Hias. Mari ikut mengembangkan hobi yang bermanfaat bagi kehidupan kita.

Read More......

Kabadan Litbang: Hasil Penelitian Harus Berdampak Positif Terhadap Petani

Sumber Berita : Badan Litbang

Ketika berbicara tentang pangan, langsung terlintas dalam benak kita adalah beras, walaupun ada pengganti lain seperti jagung, singkong, ubi, sagu, ataupun sukun. Hal inilah yang dibahas bersama antara Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) dengan Badan Litbang Pertanian dalam acara "Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00.

Dr. Benyamin Lakitan, Deputi bidang Kelembagaan Iptek KRT, mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap beras karena kondisi sosiokultural dari masyarakat Indonesia. “Orang Indonesia belum puas kalau belum makan nasi, kalau makan spageti atau roti hanya untuk meningkatkan gengsi bukan bermaksud mengganti bahan pokok, padahal sama-sama karbohidrat". Untuk mendukung ketahanan pangan, KRT memberikan dukungan dalam pengembangan teknologi, bahkan menjadi salah satu fokus riset. Dalam pembuatan teknologi ini KRT bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. Benyamin mengatakan bahwa pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan KRT merupakan produk yang mudah digunakan karena ditujukan untuk petani sebagai subyek pertanian.


"Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00 (Sumber: TV One)

Lebih lanjut disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono bahwa dukungan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani tidak terlepas dari 4 Target Sukses Kementerian Pertanian, yaitu, 1) Swasembada berkelanjutan (padi dan jagung), swasembada kedelai, tebu dan daging; 2) Diversifikasi pangan; 3) Peningkatan nilai tambah ekspor dan daya saing produk pertanian, dan 4) Kesejahteraan petani. Sedangkan peranan Badan Litbang Pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani adalah peningkatan produktivitas melalui penciptaan varietas baru. Sejak tahun 2005 s.d. 2010 telah ditemukan 31 varietas unggul baru padi lahan sawah (irigasi), lahan kering, maupun lahan rawa. Khusus untuk lahan sawah sampai saat ini telah ditemukan varietas unggul baru padi INPARI 1 s.d. 13 yang tahan wereng.

Selain itu, dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan iklim global, telah ditemukan varietas padi yang tahan cekaman, seperti padi yang tahan kekeringan maupun padi yang tahan rendaman. Hal ini sangat penting untuk menunjang ketahanan pangan, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara maksimal seperti pemanfaatan plasma nutfah yang sangat besar, di luar padi, jagung dan ubi-ubian, dan sebagainya.

Namun Kabadan pun mengakui bahwa untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dibutuhkan kerjasama dari semua pihak terutama di daerah. Menurutnya pemerintah daerah merupakan motor utama pembangunan, karena dapat memberikan pemahaman dan gerakan nyata. “Daerah lebih proaktif mencari teknologi, Badan Litbang Pertanian sudah menyiapkan infrastruktur penyediaan benih/bibit yang cukup untuk 2011-2014 ini” jelas Haryono.
Di akhir diskusi Kabadan menegaskan bahwa sebagai lembaga penelitian dalam bidang pertanian, selain dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hasil penelitian harus dapat dimanfaatkan oleh petani dan mempunyai dampak positif yang luas di masyarakat.

Sumber Berita: Badan Litbang
Gambar: ilustrasi

Read More......

Senin, 20 Desember 2010

Reorientasi Kebijakan Pupuk

Mufid A. Busyairi


  • Anggota DPR RI dari Fraksi PKB Musim tanam rendeng tiba. Lagu lama pun berulang: pupuk langka, dan harganya selangit. Harga pupuk bersubsidi di pasar, khususnya urea, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah. Petani tidak berdaya. Ketidakberdayaan petani dituangkan dengan beragam cara: mendatangi wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi, melakukan sweeping ke toko-toko pengecer dan distributor, atau menurunkan paksa pupuk dari truk pengangkut pupuk. Terjadilah disharmoni petani-penjual, bahkan di antara para petani.
    Atas desakan Dewan Perwakilan Rakyat, pemerintah memutuskan melakukan operasi pasar di wilayah-wilayah langka pupuk (Koran Tempo, 27 November 2008). Operasi pasar difokuskan di dua provinsi lumbung beras: Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sayang, operasi pasar tidak bisa segera dilakukan. Dinas Pertanian yang wilayahnya mengalami kelangkaan pupuk belum mengajukan permintaan ke produsen pupuk. Produsen tak bisa disalahkan. Sebab, pupuk bersubsidi merupakan barang dalam pengawasan yang penyalurannya harus jelas dan tepat sasaran.
    Guna mengevaluasi operasi pasar, Komisi IV DPR melakukan dengar pendapat dengan organisasi petani, Gapoktan, dan pengecer pupuk, 1 Desember 2008. Hasilnya, masalah pupuk ada di hulu hingga hilir: dari produsen, distributor, pengecer, hingga petani. Dari sisi jumlah, kuota pupuk bersubsidi memang jauh dari cukup. Kebutuhan urea 5,7 juta ton, tapi yang disubsidi 4,5 juta ton. Ini juga terjadi pada ZA, SP-36, dan KCl. Karena itu, Komisi IV DPR dan stakeholders meminta pemerintah segera menyelesaikan kelangkaan pupuk, dan melibatkan organisasi petani untuk mengawasi pupuk bersubsidi.
    Subsidi pupuk sebenarnya sudah menjadi program pemerintah lebih dari 30 tahun. Tetapi sampai sekarang kita belum juga memiliki aransemen kelembagaan yang solid dan kredibel. Salah satu kealpaan mendasar adalah kita tidak memiliki data siapa penerima subsidi? Dinas Pertanian tak bisa segera mengajukan permintaan pupuk, karena basis data petani penerima subsidi tidak ada. Ini hanya satu soal. Kelangkaan dan harga di atas HET juga belum ada solusi. Dari pengalaman, petani selalu menebus pupuk 12,38-33,5 persen di atas HET, bahkan dalam situasi normal harga selalu 6,7-18 persen di atas HET. Hasil sejumlah penelitian (Syafa'at, dkk 2006; Yusdja dkk, 2005) menunjukkan, HET tidak efektif. Ini semua mengharuskan pemerintah mengevaluasi hakikat subsidi. Evaluasi bukan hanya atas sistem distribusi, modus subsidi, dan besaran nilai subsidi, tapi yang lebih mendasar adalah pada persoalan penggunaan pupuk anorganik itu sendiri.
    Sistem distribusi pupuk selama ini bersifat pasif dan terbuka. Pasif karena siapa pun, baik pribadi atau berkelompok, bisa membeli pupuk bersubsidi pada pengecer di kecamatan-kecamatan. Bersifat terbuka karena sistem distribusi hanya memiliki delivery system (dari produsen sampai pengecer) dan tidak memiliki receiving system. Pengecer bisa menjual pupuk bersubsidi kepada siapa saja, termasuk kepada yang tidak berhak. Akibatnya, petani sasaran berpeluang tidak mendapatkan jumlah pupuk sesuai dengan alokasi.
    Ketidakpedulian produsen atas perilaku distributor dari lini III (kabupaten) ke lini IV (kecamatan) yang cenderung menaikkan harga memperparah situasi. Bahkan tak jarang distributor memperjualbelikan DO (delivery order). Di Jawa Timur, distributor bodong seperti ini mencapai 30 persen (PSE, 2006). Ujung dari semua ini, ketepatan pupuk bersubsidi amat rendah. Calo/broker mengeksploitasi kelemahan itu untuk mengeruk untung.
    Caranya, pupuk subsidi dijual ke sektor kebun dan industri (yang tidak disubsidi) atau dilego ke luar negeri. Saat ini HET urea Rp 1.200 per kilogram dan SP-36 Rp 1.550 per kg. Sementara itu, harga urea nonsubsidi Rp 3.000 per kg, bahkan di luar negeri US$ 600 per ton (Rp 5.640 per kg), siapa yang tidak ngiler? Secara teori masalah ini bisa diminimalkan dengan sistem distribusi pupuk tertutup. Dalam sistem ini, karena ada kelompok tani sebagai receiving system, anggota kelompok tani dijamin mendapat pupuk subsidi sesuai alokasi. Masalahnya, kelompok tani dan PPL sebagai ujung tombak sistem ini telah tercerai-berai.
    Seandainya kelompok tani dan PPL bukan lagi masalah, dengan distribusi tertutup selesaikah masalah? Tidak. Pada titik ini, hakikat subsidi pupuk anorganik layak disoal. Setidaknya, ada dua tujuan subsidi pupuk (anorganik): agar pendapatan petani meningkat dan mereka tetap bergairah berusaha-tani secara berkesinambungan. Masalahnya, dua tujuan subsidi kian mustahil dicapai. Karena petani selalu membeli pupuk di atas HET, pendapatan mereka pasti tergerus. Subsidi membuat petani jadi pupuk-minded. Akibatnya, banyak petani memupuk melampaui dosis rekomendasi, terutama urea (100-600 kg per hektare). Overdosis pupuk ini tak hanya menimbulkan inefisiensi, tapi juga membuat kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah menurun. Di sejumlah wilayah, gejala ini diikuti leveling off produksi padi: meskipun dosis pupuk digenjot, produksi tidak naik. Ini tak hanya membuat produksi meluruh, tapi juga membuat kesinambungan usaha-tani menjadi pertanyaan besar.
    Stagnasi produktivitas disebabkan oleh terkurasnya kandungan bahan organik (BO) tanah oleh varietas unggul rakus hara. Saat ini 80 persen dari 7,4 juta ha sawah di Indonesia kandungan BO-nya kurang dari 1 persen. Sawah dengan kandungan BO kurang dari 1 persen perlu input dua kali lebih besar ketimbang tanah sawah ber-BO 2 persen. Untuk mengembalikan produktivitas, perlu gerakan masif menggunakan pupuk organik dan pertanian organik. Tuntutan ini bukan semata-mata karena distribusi pupuk bersubsidi kacau dan tidak tepat sasaran. Tapi ada hal penting dalam pupuk organik yang tidak bisa digantikan oleh pupuk anorganik.
    Pertama, kemandirian petani. Pupuk organik bisa dibuat sendiri oleh petani dari bahan-bahan alam, sementara pupuk anorganik tidak mungkin. Kedua, produktivitas dan keberlanjutan ekologi. Secara empiris, pupuk organik tak hanya mengembalikan hara (makro + mikro), tapi juga memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Integrasi tanaman-ternak di Jawa mampu mengurangi pupuk anorganik 25-35 persen, mendongkrak produktivitas 20-29 persen, dan di Bali menaikkan pendapatan petani 41,4 persen (Susila, 2007). Ketiga, keamanan pangan. Banyak riset dan pengalaman petani yang keracunan akibat pestisida dan pupuk anorganik. Ini tidak terjadi pada praktek pertanian organik.
    Pemerintah mematok program “Go Organic 2010”. Sayangnya, program ini tidak didukung aksi dan pendanaan memadai. Saat ini jumlah pupuk organik yang disubsidi cuma 345 ribu ton. Ini terlalu kecil. Dengan mengacu pada efisiensi pupuk anorganik pada praktek tanaman-ternak, 25-35 persen subsidi pupuk anorganik bisa dialihkan ke pupuk organik. Komisi IV DPR meminta pemerintah memasifkan pupuk organik yang dikelola petani (pribadi maupun kelompok) dengan teknologi sederhana. Pupuk itu bisa dibeli pemerintah kemudian disalurkan ke kelompok-kelompok tani dengan harga subsidi. Tanpa reorientasi kebijakan pupuk, ritual tahunan kelangkaan pupuk akan selalu berulang. *
    Sumber : http://www.tempo.com

  • Read More......

    Minggu, 19 Desember 2010

    Perkembangbiakan Tanaman

    Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan secara alami dan juga buatan.
    Perkembangbiakan alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
    vegetativeTanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara. Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya mengalami kemunduran.
    Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi, rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
    Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya. Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
    Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan, cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan. Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan ketimun.
    Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya adalah cangkok. Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan. Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk dilakukan.
    Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
    Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu setelah itu ikatannya bisa dilepas.
    Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Para peneliti di seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
    generatifBibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.
    Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
    Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap perubahan iklim, hama penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.

    Read More......

    Sabtu, 18 Desember 2010

    MENGENAL MOLASE

    Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan.

    Proses treatment molase sebelum difermentasi
    Molase seperti yang telah dijelaskan di awal, yakni merupakan sisa proses pengkristalan gula pasir. Sumber molase itu sendiri didapatkan dari 2 macam. Pertama dari tebu dan kedua dari bit. Dari kedua sumber tersebut akan didapatkan molase yang berbeda sifat dan pengolahannya.
    Pada umumnya molase diolah lebih lanjut menjadi etanol. Caranya melalui proses fermentasi. Namun sebelum proses fermentasi tersebut dilaksanakan diperlukan treatment terhadap molase tersebut. Berikut uraian singkatnya

    1. Molase dari Tebu



    Gambar 1. Tebu
    Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Molase kelas 1 , kelas 2 dan black strap. Molase kelas 1 didapatkan saat pertama kali jus tebu dikristalisasi. Saat dikristalisasi terdapat sisa jus yang tidak mengristal dan berwarna bening. Maka sisa jus ini langsung diambil sebagai molase kelas 1.
    Kemudian molase kelas 2 atau biasa disebut dengan ”Dark” diperoleh saat proses kristalisasi kedua. Warnanya agak kecoklatan sehingga sering disebut juga dengan istilah ”Dark”. Dan molase kelas terakhir, Black Strap diperoleh dari kristalisasi terakhir. Warna black strap ini memang mendekati hitam (coklat tua) sehingga tidak salah jika diberi nama ”Black Strap” sesuai dengan warnanya.



    Gambar 2. molase
    Black strap ternyata memiliki kandungan zat yang berguna. Zat-zat tersebut antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Black strap memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa dan fruktosa. Berbagai vitamin terkandung pula di dalamnya. Berikut tabel komposisi dari black strap.
    Tabel 1. Kandungan Nutrisi Blackstrap Molasses


    Sumber : http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=nutrientprofile&dbid=85

    Black strap digunakan untuk suplemen kesehatan, makanan ternak, dan berbagai industri lainnya.
    Sebelum dilakukan proses fermentasi untuk pembuatan etanol, molase tebu harus diberikan treatment agar proses fermentasi berlangsung dengan baik. Hal yang harus dilakukan adalah mensulfurisasi molase tersebut. Tujuannya agar molase menjadi bening. Kemudian campurkan air, ragi dan molase secara bersamaan lalu diaduk dalam sebuah tangki.

    2. Molase dari Bit


    Gambar 3. bit
    Molase dari bit berbeda dengan molase dari tebu. Yang disebut sebagai molase bit adalah sisa proses kristalisasi gula. Jadi tidak ada pengklasifikasian molase. Molase bit 50 % dari berat kering merupakan gula. Sebagian besar merupakan sukrosa dan juga mengandung glukosa dan fruktosa.
    Molase bit mengandung biotin (vitamin B7) dalam jumlah terbatas. Vitamin ini berguna untuk pertumbuhan. Molase ini juga mengandung garam-garaman yaitu kalsium, potasium, oksalat dan klorida. Hal yang menarik adalah molase ini sering digunakan sebagai aditif untuk makanan hewan.

    Read More......

    Kamis, 02 Desember 2010

    TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

    Tanaman obat sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan. Kita mungkin telah mengenal berbagai khasiat tanaman obat, tetapi tidak semua dari kita menyadari pentingnya menanam tanaman obat agar dapat memanfaatkan khasiatnya setiap waktu.
    Tanaman obat dapat dijadikan alternatif bahan pengobatan yang murah dan efisien. Selain itu, tanaman obat juga relatif lebih aman karena bersifat alami. Tanaman obat tercatat memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan dengan obat-obatan yang diformulasikan dengan proses kimia.
    Menanam tanaman obat sangat mudah dan tidak memerlukan perawatan ekstra. Umumnya tanaman obat tidak sulit untuk ditanam karena kadar obat di dalamnya membuat tanaman obat cukup kuat untuk menahan penyakit dan serangan hama.
    Tanaman obat tidak memerlukan pestisida sehingga dapat lebih aman untuk dikonsumsi setiap hari. Di samping itu, tanaman obat juga sangat bermanfaat untuk dimanfaatkan sebagai tanaman penghias halaman rumah.
    Ada berbagai macam tanaman obat yang dapat kita manfaatkan untuk solusi kesehatan dan kecantikan keluarga. Antara lain kita telah lama mengetahui bahwa tanaman lidah buaya dapat dijadikan sebagai penyubur rambut yang juga telah dimanfaatkan produsen shampoo untuk membuat formula penyubur rambut yang aman.
    Selain itu, dengan pengolahan yang benar, lidah buaya juga dapat dipergunakan untuk mengatasi batuk yang juga dapat diatasi dengan jahe dengan memanfaatkan efek hangatnya. Tanaman obat yang dikenal sebagai bumbu dapur seperti lengkuas, temulawak, sirih, jahe, dan jinten juga sangat bermanfaat untuk menyembuhkan beberapa penyakit ringan. Lengkuas, misalnya, dapat dijadikan sebagai bahan alami yang mujarab untuk mengatasi penyakit kulit seperti panu.
    Sedangkan temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi penyakit kuning. Daun sirih bahkan dipercaya oleh produsen anti septik sebagai bahan alami yang sangat bermanfaat sebagai anti septik yang aman. Sedangkan jinten dapat menjadi solusi yang cepat untuk menurunkan panas. Masih banyak lagi tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi kesehatan keluarga.
    Di dalam tanaman obat terkandung khasiat yang luar biasa untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti darah tinggi, tifus, osteoporosis, bahkan diabetes. Mahkota dewa, misalnya, terbukti dapat menurunkan tekanan darah dengan cepat. Sedangkan tifus dapat diatasi dengan sambiloto yang juga dapat menurunkan panas. Untuk meredakan osteoporosis, kita dapat memanfaatkan buah mengkudu. Sedangkan diabetes dapat diatasi dengan air rebusan daun salam. Semuanya dapat kita manfaatkan setiap saat hanya dengan menanam semua tanaman obat tersebut di pekarangan rumah. Selain itu, banyak juga tanaman obat yang secara tampilan adalah tanaman hias seperti melati, daun puring, dan begonia. Melati telah lama dikenal sebagian tanaman obat yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi sesak nafas. Selain itu, melati juga berkhasiat sebagai obat sakit kepala.
    Sedangkan daun puring yang berwarna-warni dan banyak dijumpai di taman adalah tanaman obat. Namun demikian, tidak semua daun yang berwarna-warni itu dapat dimanfaatkan. Hanya daun yang berwarna kuning dan hijau saja yang dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan perut. Daun begonia juga merupakan tanaman obat yang sangat bermanfaat karena khasiatnya yang dapat meredakan nyeri haid.
    Tanaman obat ini juga bermanfaat untuk menghias taman karena keindahannya. Ada berbagai macam warna begonia yang sangat indah untuk digantung ataupun ditanam di pot. Singkatnya, tidak ada ruginya menanam tanaman obat di pekarangan rumah anda karena tanaman obat juga bisa berfungsi sebagai tanaman hias dan sebaliknya. Pada rumah tangga yang memiliki kebun tanaman obat, masalah kesehatan kecil akan dapat diatasi dengan sangat cepat. Khasiat tanaman obat tidak bisa dipandang sebelah mata karena khasiat dalam setiap tanaman obat adalah obat alami yang sudah banyak diuji oleh para ahli pharmacy. Pada awalnya, tanaman sebagai alternative pengobatan di rumah ditemukan khasiatnya karena proses trial and error. Setelah sekian lama tanaman obat banyak ditemukan khasiatnya, tidak ada alasan lagi untuk tidak memanfaatkan khasiat tanaman obat karena sangat membantu untuk pengobatan berbagai penyakit dengan harga yang tergolong murah.
    Ekstrak tanaman obat telah banyak juga diolah oleh pabrik farmasi sehingga kita dapat memanfaatkan khasiatnya dengan lebih mudah. Namun demikian, menanam sendiri tanaman obat di pekarangan rumah dapat memberikan keuntungan yang lebih karena kita dapat memanfaatkan khasiatnya segera ketika memerlukannya. Selain itu, kesegaran bahan-bahan tanaman obat juga mempengaruhi khasiatnya, jadi menanamnya sendiri akan lebih menguntungkan. (Jenis, Kandungan Khasiat dan Penggunaan Tanaman Obat)

    Read More......

    Rabu, 01 Desember 2010

    SEJARAH PERTANIAN ORGANIK

    Gerakan organik dimulai pada tahun 1930-an dan 1940-an sebagai reaksi terhadap pertumbuhan pertanian ketergantungan pada pupuk sintetis. Pupuk buatan telah diciptakan pada abad 18, awalnya dengan Super fosfat dan kemudian diturunkan pupuk amonia yang diproduksi secara massal dengan menggunakan proses Haber-Bosch yang dikembangkan selama Perang Dunia I. pupuk awal ini adalah murah, kuat, dan mudah untuk transportasi dalam massal. Kemajuan serupa terjadi di pestisida kimia pada tahun 1940-an, yang membawa pada dekade yang disebut sebagai ‘era pestisida’.
    Sir Albert Howard secara luas dianggap sebagai ayah dari pertanian organik.  Pekerjaan lebih lanjut dilakukan oleh JI Rodale di Amerika Serikat, Lady Eve Balfour di Inggris Raya, dan banyak orang lain di seluruh dunia.
    Sebagai persentase dari total hasil pertanian, pertanian organik tetap kecil sejak awal. Sebagai kesadaran lingkungan dan meningkatkan kepedulian di antara populasi umum, pasokan yang awalnya menjadi gerakan yang digerakkan oleh permintaan-driven. Harga premium dari konsumen dan dalam beberapa kasus, subsidi pemerintah menarik banyak petani ke konversi. Di negara berkembang, banyak petani pertanian menurut metode tradisional yang dapat dibandingkan dengan pertanian organik tetapi tidak bersertifikat. Dalam kasus lain, petani di negara berkembang telah dikonversi untuk alasan ekonomi. Sebagai proporsi dari total global output pertanian, organik output tetap kecil, tetapi telah tumbuh dengan pesat di banyak negara, terutama di Eropa.

    Read More......
    Get cash from your website. Sign up as affiliate.